Anda setuju dengan Blog ini ? Kalau ya, silahkan Klik !

Kamis, 13 Desember 2012

Pegangan Ilmu Falak Hisab (bagian 1)


بسم الله الرحمن الرحيم

PENDAHULUAN
Pengertian Ilmu Falak

Menurut bahasa atau etimologi, falak (الفلك) artinya orbit atau lintasan benda-benda langit, sehingga ilmu falak dalam terminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit –khususnya bumi, bulan dan matahari– pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi.

Ilmu ini disebut dengan ilmu falak, karena ilmu ini mempelajari lintasan benda-benda langit (الفلك). Ilmu ini disebut juga dengan ilmu hisab, karena ilmu ini menggunakan perhitungan (الحساب = perhitungan). Ilmu ini disebut juga ilmu rashd, karena ilmu ini memerlukan pengamatan (الرصد = pengamatan). Ilmu ini sering juga disebut ilmu miqat, karena ilmu ini mempelajari tentang batas-batas waktu (الميقات = batas-batas waktu). Dari keempat istilah di atas, yang populer di masyarakat adalah ilmu falak dan ilmu hisab.

Beberapa ilmu yang mempunyai obyek yang sama dengan ilmu falak antara lain:
1.      Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit secara umum.
2.      Astrologi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh benda-benda langit itu terhadap kehidupan (nasib) seseorang di bumi. Astrologi ini yang dikenal dengan ilmu nujum.
3.      Astrofisik adalah ilmu yang menerangan benda-benda langit dengan cara-cara, hukum-hukum, alat-alat dan teori-teori ilmu fisika.
4.      Astromatrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran terhadap benda-benda langit dengan tujuan antara lain untuk mengetahui ukurannya dan jarak antara satu benda langit dengan benda langit lainnya.
5.      Astromekanik adalah ilmu yang mempelajari gerak dan daya tarik benda-benda langit, dengan cara-cara, hukum-hukum dan teori-teori mekanika.
6.      Kosmografi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit dengan tujuan untuk mengetahui data dari seluruh benda-benda langit.
7.      Kosmogoni adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit dengan tujuan untuk mengetahui latar belakang kejadiannya dan perkembangan selanjutnya.
8.      Kosmologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk, tata himpunan, sifat-sifat dan perluasan dari jagat raya. Prinsip kosmologi mengatakan bahwa jagat raya adalah sama ditinjau pada waktu kapanpun dan di tempat manapun.

Ruang Lingkup

Ilmu Falak pada garis besarnya dibagi menjadi dua macam, yaitu ilmu Falak Ilmiy, dan ilmu Falak Amaliy.Ilmu falak ‘ilmiy adalah ilmu yang membahas teori dan konsep benda-benda langit, misalnya dari segi asal mula kejadiannya (kosmogoni), bentuk dan tata himpunannya (kosmologi), jumlah anggotanya (kosmografi), ukuran dan jaraknya (astrometrik), gerak dan gaya tariknya (astromekanik) dan kandungan unsur-unsurnya (astrofisik). Ilmu falak yang demikian ini disebut theorical astronomy.

Sedangkan ilmu falak ‘amaliy adalah ilmu yang melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda langit antara satu dengan yang lainnya.Ilmu falak ‘amaliy ini disebut practical astronomy.Ilmu falak amalay inilah yang oleh masyarakat umum dikenal dengan ilmu falak atau ilmu hisab.

Bahasan Ilmu Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya ilmu Falak ini mempelajari 4 bidang, yakni:

1.      Arah Kiblat dan bayangan arah kiblat.
2.      Waktu-waktu Sholat.
3.      Awal bulan.
4.      Gerhana.

Manfaat Ilmu Falak

Dengan ilmu falak atau ilmu hisab, orang dapat memastikan ke mana arah kiblat bagi suatu tempat di permukaan bumi.Dengannya pula orang dapat memastikan waktu shalat sudah tiba atau matahari sudah terbenam untuk berbuka puasa.

Dengannya pula orang yang melakukan rukyatul hilal dapat mengarahkan pandangannya ke posisi hilal.

Dengan demikian ilmu falak atau ilmu hisab dapat menumbuhkan keyakinan seseorng dalam melakukan ibadah sehingga ibadahnya lebih khusyu’.

Nabi pernah bersabda:

إن خيار عباد الله الذين يراعون الشمس والقمر لذكر الله.

“Sesunggunya sebaik-baik hamba-hamba Allah adalah mereka yang selalu memperhatikan matahari dan bulan untuk megingat Allah”. (HR. Ath-Thabrani)

Ali bin Abi Thalib juga pernah berkata:

من اقتبس علما من النجوم من حملة القرأن إزداد به إيمانا ويقينا.

“Barang siapa mempelajari ilmu tentang bintang-bintang atau benda-benda langit, sedangkan dia dari oranguyang sudah memahani al-Qur’an, niscaya bertambahlah ilmu dan keyakinannya”.

Hukum Mempelajari Ilmu Falak

Mengingat betapa besar manfaat ilmu falak seperti diterangkan di atas, lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pelaksanaan ibadah, maka mempelajari ilmu falak atau ilmu hisab itu hukumnya wajib. Abdullah bin Husain berkata:

ويجب تعلم علم الفلك بل تحتم معرفته لما يترتب عليه معرفة القبلة وما يتعلق بالاهلة كالصوم سيما فى هذا الزمان لجهل الحكام وتساهلهم وتهورهم فإنهم يقبلون شهادة من لا يقبل بحال.

“Mempelajari ilmu falak itu wajib, bahkan diperintahkan untuk mempelajarinya, karena ilmu falak itu mencakup pengetahuan tentang kiblat dan hal-hal yang berhubungan dengan penanggalan misalnya puasa.Lebih-lebih pada masa sekarang ini, karena ketidaktahuannya para hakim (dalam ilmu falak), punya sikap mempermudah serta kecerobohan mereka, sehingga mereka menerima kesaksian (hilal) seorang yang mustinya tidak diterima”.

Para ulama, misalnya Ibnu Hajar dan ar-Ramli berkata bahwa bagi orang yang hidup dalam kesendirian, maka mempelajari ilmu falak itu fardhu ‘ain.Sedangkan bagi masyarakat banyak hukumnya fardhu kifayah.

Istilah – istilah yang digunakan
1.        Lintang tempat (Lt) (Ardlul Balad) yaitu Jarak suatu tempat dari garis equator (khatulistiwa) dihitung sepanjang garis utara selatan. Untuk daerah disebelah utara garis khatulistiwa bernilai positif dan disebelah selatan garis khatulistiwa bernilai negatif.
2.        Bujur tempat (Bt) (Thulul Balad) yaitu jarak suatu tempat dari garis 0o yang memanjang dari kutub utara ke kutub selatan melintasi kota Greenwich. Daerah sebelah timur kota Greenwich bernilai positif dan daerah sebelah baratnya bernilai negatif.
3.        Kerendahan Ufuk (ku) yaitu perbedaan antara ufuk yang sebenarnya (ufuk hakiki) dan ufuk mar’i. Ufuk hakiki adalah ufuk yang terlihat dari permukaan laut, sedangkan ufuk mar’i adalah ufuk terlihat dari ketinggian tertentu dari permukaan. Letak ufuk mar’i di bawah ufuk hakiki.
4.        Refraksi (ref) yaitu pembiasaan atau pembelokan cahaya matahari karena matahari tidak dalam posisi tegak, reflaksi tertinggi adalah ketika matahari terbenam.
5.        Semidiameter matahari (sd) yaitu jarak titik pusat matahari sampai ke piringan luarnya. Semidiameter Matahari besar kecilnya tidak menentu tergantung jauh dekatnya Bumi Matahari.
6.        Sudut waktu (t) adalah busur sepanjang lingkaran harian suatu benda langit dihitung dari titik kulminasi atas sampai benda langit tersebut.
7.        Ephemeris Hisab dan Rukyat adalah buku yang berisi data bulan dan matahari yang dipersiapkan khusus untuk kepentingan Hisab dan Rukyat. Buku ini diterbitkan setiap tahun, sejak 1993 oleh Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI. Data dalam buku ini, diprogram secara komputer dan diberi nama Hisab for Windows 1.0 Tahun 1993 dan Winhisab Version 2.0 tahun 1998.
8.        Ecliptic longitude atau bujur astronomis matahari/bulan atau taqwim al- syam/al-qamar atau thul al-syams/al-qamar, yaitu jarak titik pusat matahari dari titik Aries (vernal equinox = Haml), diukur sepanjang lingkaran ekliptika (dairat al-buruj).
9.        Ecliptic latitude atau lintang astronomis matahari/bulan atau ‘ardh al- syams/al-qamar yaitu jarak titik pusat matahari dari lingkaran ekliptika (da’irat al-buruj). Sebenarnya lingkaran ekliptika itu adalah lingkaran yang dilalui oleh matahari dalam gerak semu tahunannya. Jadi matahari sebenarnya selalu berada pada lingkaran ekliptika itu, tetapi karena jalannya matahari itu tidak rata maka selalu ada pergeseran ke utara atau ke selatan. Oleh karena itu besarannya selalu mendekati nol.
10.    Apparent right ascension atau asensio rekta matahari/bulan atau panjatan tegak atau al-shu’ud al-mustaqim atau al-mathali’ al-baladiyah, yaitu jarak antara suatu benda langit dari titik aries, diukur sepanjang lingkaran equator (da’irat muaddal al-nahar).
11.    Apparent declination atau deklinasi matahari/bulan atau mail al-syam/al-qamar yaitu jarak antara matahari/bulan dari equator diukur sepanjang lingkaran deklinasi. Lingkaran deklinasi adalah lingkaran besar yang mengelilingi bola langit dan melalui titik-titik kutub langit ( KU-KS ).Untuk posisi disebelah utara garis khatulistiwa bernilai positif dan disebelah selatan garis khatulistiwa bernilai negatif.
12.    Semi diameter atau jari-jari matahari/bulan, yaitu jarak antara titik pusat matahari/bulan dengan piringan luarnya.
13.    True geocentric distance atau jarak geosentris, yaitu jarak rata-rata antara bumi dan matahari. Karena bumi mengelilingi matahari dalam bentuk ellips, maka jarak bumi-matahari tidak selalu sama. Jarak terdekat disebut perigee atau al-hadhidh sedangkan jarak terjauhnya disebut apoge atau al-auj.
14.    True obliquity atau kemiringan ekliptika atau mail kully hakiki, yaitu besarnya sudut kemiringan antara equator (mu’addal al-nahar) dan ekliptika (da’irat al-buruj).
15.    Equation of time atau perata waktu atau ta’dil al-syams yaituperbedaan antara waktu matahari hakiki dan waktu matahari pertengahan karena perbedaan kecepatan perputaran bumi pada porosnya. Waktu matahari hakiki adalah waktu yang didasarkan pada peredaran matahari hakiki (sebenarnya) yaitu pada waktu matahari mencapai titik kulminasi atas ditetapkan pukul 12.00. Dan waktu matahari pertengahan adalah waktu yang beradasarkan peredaran khayal yang seakan-akan perjalanannya stabil, artinya tidak pernah terlalu cepat dan tidak pernah terlambat. Perubahan-perubahan kecepatan inilah yang disebut perata waktu.
16.    Horizontal paralax atau beda lihat atau ikhtilaf al-manzhar, yaitu sudut antara garis yang ditarik dari titik pusat bulan ke titik pusat bumi dengan garis dari titik pusat bulan ke mata pengamat. Dengan kata lain parralax adalah sudut yang memisahkan titik pusat bumi dengan mata pengamat.
17.    Angle bright limb atau sudut kemiringan hilal yaitu sudut kemiringan yang tampak, akibat kemiringan terhadap matahari.
18.    Fraction illumination yaitu besarnya piringan hilal yang menerima sinar matahari dan menghadap ke bumi.
19.    Konjungsi atau berkumpul atau Ijtima’ adala suatu fenomena saat posisi matahari dan bulan berada pada satu bujur astronomi. Ijtima’ disebut juga new moon.
20.    Oposisi atau berhadapan atau istiqbal adalah suatu fenomena saat matahari dan bulan berhadap-hadapan, sehingga antara keduanya mempunyai selisih bujur astronomi sebesar 180o.
21.    Umbra (Bayangan inti) adalah bayangan yang sama sekali tidak dilalui cahaya.
22.    Penumbra (bayangan tambahan) adalah bayangan yang masih dilalui cahaya. Sehingga masih terdapat cahaya dengan remang-remang.



HISAB PRAKTIS AWAL WAKTU  SHALAT

HISAB PRAKTIS AWAL WAKTU  SHALAT

DATA YANG DIPERLUKAN :
1.      Lintang kota(Lt) (Ardlul Balad).Untuk contoh kita gunakan lintang  Pasirasem
          yaitu  -6° 48' 4.08”  Lintang Selatan
2.      Bujur kota(Bt) (Thulul Balad).Untuk contoh kita gunakan
         bujur Pasirasem yaitu  107° 15' 55.79”  Bujur Timur
3.      Deklinasi Matahari[1](Dek). Lihat tabel deklinasi.Untuk contoh kita gunakan
         deklinasi Matahari tanggal  13  -  Desember  -  2012 yaitu -23° 8' 15.571" selatan
4.      Equation of Time (perata waktu) (e). Lihat tabel perata waktu.
         Untuk contoh kita gunakan perata waktu tanggal  13  -  Desember  -  2012 yaitu   00° 6' 2.557"

         [1] Untuk lebih teliti dan akurat hendaknya menggunakan deklinasi dan equation 
          of time pada jam yang semestinya, contoh: Dhuhur kurang lebih pukul 12 WIB (05 GMT) 
         , Ashar kurang lebih pukul 15 WIB (08 GMT), Maghrib kurang lebih pukul 18 WIB (11 GMT), 
          Isya' kurang lebih pukul 19 WIB (12 GMT), dan Shubuh kurang lebih pukul 04 WIB (21 GMT).  
         Akan tetapi untuk mempermudah dan mempercepat perhitungan dapat menggunakan 
          deklinasi matahari dan equation of time pada pukul 12 WIB (05 GMT) atau 
          pukul 12 WITA (04 GMT) atau pukul 12 WIT (03 GMT) 

  5.      Kerendahan Ufuk (KU. rumus mencari kerendahan ufuk adalah :
         KU = 00 1, 76’ x√ TT (tinggi tempat).
         Contoh perhitungan:Diketahui Tinggi Tempat (TT) ==>  Pasirasem : 150 meter
         Rumus :KU = 00 1. 76’ x√ TT
         KU = 00 1. 76’ x √150
              = 0° 21‘ 33.316”
  6.      Refraksi (ref) tertinggi adalah 0° 34’.
  7. Semidiameter matahari (SD) rata-rata adalah 0° 16’.
  8. ikhtiat (i) = 0° 4' 0”
MENGHITUNG WAKTU SHALAT
1.      Mencari Tinggi Matahari (ho), Tinggi matahari dicari dengan rumus
         a.     Ashar
         1.      Mencari zenit matahari rumus : zm[2] = LT – Dek
                                   zm = -23° 10' 43.591" –  -6° 48' 4.08”
                                        =  16° 22' 39.511"
2.      Mencari tinggi Matahari rumus : Cotan ho = tan zm + 1
                 Cotan[3] ho = tan 16° 22' 39.511" + 1
                                   =  37° 41' 56.7”

         [2]catatan zm harus selalu positif, kalau negatif harus dirubah menjadi positif.
         [3] Untuk menekan kalkulator bila ada rumus di depan sama dengan seperti
              cotan ho =, cos t =, tan Q =, dan lain-lain, maka lebih dulu kita harus
              menekan shift lalu rumus yang ada setelah itu tekan rumus setelah sama
              dengan dan diletakkan dalam kurung. Misalnya cotan ho = tan zm + 1
             cara menekan kalkulatornya adalah shifttan(tanzm+1)x-1, kalau dalam excell,
              maka fungsinya menjadi =DEGREES(ATAN(1/(TAN(RADIANS(zm))+1)))


       a.     Maghrib
           ho = - ( ref + sd + KU ).
           ho = - ( 0° 34’+ 00 16’+ 0° 21' 33.316”)
                    =  - 1° 11' 33.3”
       b.    Isya’
              ho = -17
                    =  - 17° 0' 0”
       c.     Shubuh
           ho = - 19
                    =  - 19° 0' 0”
       d.    Terbit
           ho = - ( ref + sd + ku ).
           ho = - ( 0° 34’+ 0° 16’+ 0° 21' 33.316”)
                    =  - 1° 11' 33.316”
       e.     Dluha
           ho = 04° 30'
          
    1.      Mencari waktu shalat dalam istiwak dengan rumus
          
 a.       Dhuhur = jam 12 + I =  12j  4m  0d
          
b.      Ashar, Maghrib, Isya’ =sudut waktu (t) dibagi 15°.Rumus menghitung sudut waktu
                              adalah :   Cos t = sin ho ÷ cos Lt ÷ cos Dek – tan Lt x tan Dek

1.      Ashar = ( cos-1 (sin 37° 41' 56.7” &  ÷ cos -6° 48' 4.08”  ÷ cos -23° 10' 43.6”
                 – tan  -6° 48' 4.08”  x  tan -23° 10' 43.6” ) ÷ 15° ) + 0° 4' = 3j  31m  4.1d
  2.      Maghrib = cos-1 (sin -1° 11' 33.3” &  ÷ cos -6° 48' 4.08”  ÷ cos -23° 11' 11.9”
                              – tan  -6° 48' 4.08”  x  tan -23° 11' 11.9” ) ÷ 15°  = 6j  16m  56.9d
     3.   Isya    = cos-1 (sin -17° 0' 0” &  ÷ cos -6° 48' 4.08”  ÷ cos -23° 11' 21.2”
                   – tan  -6° 48' 4.08”  x  tan -23° 11' 21.2” ) ÷ 15°) +  0° 4 = 7j  31m  12.7d

  c.       Shubuh, Terbit, Dluha = jam 12 dikurangi hasil dari sudut waktu (t) dibagi 15°

      1.   Shubuh    =12 - ( cos-1 (sin -19° 0' 0” &  ÷ cos -6° 48' 4.08”  ÷ cos -23° 8' 56.1”
                    – tan  -6° 48' 4.08”  x  tan -23° 8' 56.1” ) ÷ 15° )  + 0° 4 = 4j  27m  47.4d
      2.   Terbit    =12 - ( cos-1 (sin -1° 11' 33.316” &  ÷ cos -6° 48' 4.08”  ÷ cos -23° 9' 16.1”
                            – tan  -6° 48' 4.08”  x  tan -23° 9' 16.1” ) ÷ 15° ) + 0 4 = 5j  47m  4.2d
       3.   Dhuha    =12 - ( cos-1 (sin 4° 30' 0” &  ÷ cos -6° 48' 4.08”  ÷ cos -23° 9' 16.1”
                        – tan  -6° 48' 4.08”  x  tan -23° 9' 16.1” ) ÷ 15° ) + 0° 4 = 6j  12m  0.5d

   1.      Mencari tafawut antara waktu istiwa’ dengan waktu daerah menggunakan rumus :
                              ((BT – BD) ÷ 15) + e.
Conto tafawut untuk Dhuhur   : ((107° 15' 55.79”    105°) ÷ 15) + 0j 5m 48.4d = 0° 14' 52.1” ,
nilai tafawut dhuhur ini biasa untuk dijadikankan Mer Pass = 12 - 0° 14' 52.1”  = 11° 45' 7.9”


                               eqoution of time                    tafawut
             Dhuhur           0j 5m 48.4d                       0° 14' 52.1”
             Ashar             0j 5m 44.8d                       0° 14' 48.6”
             Maghrib          0j 5m 41.3d                       0° 14' 45”
             Isya’               0j 5m 40.1d                       0° 14' 43.8”
             Shubuh          0j 5m 57.8d                       0° 15' 1.6”
             Terbit              0j 5m 55.5d                       0° 14' 59.2”
             Dluha             0j 5m 55.5d                       0° 14' 59.2”


          2.        Kemudian kita mencari waktu shalat dalam jam WIB dengan cara
                     waktu shalat dalam jam istiwa’ di atas kita kurangi dengan tafawut.



Istiwak     --      tafawut
WIB
Dhuhur
12j 0m 0d – 0° 14' 52.1”
= 11j  45m  7.9d
Ashar
3j 27m 4.1d – 0° 14' 48.6”
= 3j  12m  15.5d
Maghrib
6j 16m 56.9d – 0° 14' 45”
= 6j  2m  11.9d
Isya’
7j 27m 12.7d – 0° 14' 43.8”
= 7j  12m  28.8d
Shubuh
4j 23m 47.4d – 0° 15' 1.6”
= 4j  8m  45.8d
Terbit
5j 43m 4.2d – 0° 14' 59.2”
= 5j  28m  5d
Dluha
6j 8m 0.5d – 0° 14' 59.2”
= 5j  53m  1.3d


       Hasil di atas menggunakan standar kota yang kita gunakan data lintang dan
    bujurnya. Agar jadwal shalat yang kita buat dapat berlaku dalam kota yang terletak 
       di sebelah barat kota tersebut, maka hasil diatas harus ditambah ihtiyat 1 menit
       untuk mencakup daerah sejauh + 27,5 km kecuali terbit, maka dikurangi.
       Biasanya ihtiyath menggunakan 1 menit lebih sekian detik untuk
       membulatkan pecahan detik waktu shalat agar menjadi menit.
         

          Adapun waktu imsak maka dihitung dengan rumus : shubuh – 10 menit.
                            4j  8m  45.8d – 00j 10m = 3j  58m  45.8d

               Dan waktu dhohwah kubro maka dihitung dengan rumus :
                                Subuh + (((maghrib + 12) – shubuh) ÷ 2)  .
    04j  16m  24.33d + ( ( 6j  2m  11.9d + 12 ) – 04j  16m  24.33d ) ÷ 2 = 11j  5m  28.9d

          Waktu shalat tanggal 13  -  Desember  -  2012  di  Pasirasem


Waktu WIB
Ihtiyath
Hasil
Dhuhur
= 11j  45m  7.9d
+ 0j 3m 52.1d
= 11j  49m  0d
Ashar
= 3j  12m  15.5d
+ 0j 3m 44.5d
= 3j  16m  0d
Maghrib
= 6j  2m  11.9d
+ 0j 0m 48.1d
= 6j  3m  0d
Isya’
= 7j  12m  28.8d
+ 0j 3m 31.2d
= 7j  16m  0d
Imsak
= 3j  58m  45.8d
+ 0j 3m 14.2d
= 4j  2m  0d
Shubuh
= 4j  8m  45.8d
+ 0j 3m 14.2d
= 4j  12m  0d
Terbit
= 5j  28m  5d
+ 0j 3m 55d
= 5j  32m  0d
Dluha
= 5j  53m  1.3d
+ 0j 3m 58.7d
= 5j  57m  0d
Dlohwah kubro
= 11j  5m  28.9d
+ 0j 3m 31.1d
= 11j  9m  0d





RUMUS DAN CARA PENGUKURAN ARAH KIBLAT
           
Setiap titik (tempat) di permukaan bumi ini berada di permukaan bola Bumi, oleh karena itu perhitungan arah Kiblat dilakukan dengan Ilmu Ukur Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Agar supaya hasil perhitungan bisa seakurat dan seteliti mungkin, maka diperlukan alat bantu mesin hitung atau kalkulator.

                Data yang dibutuhkan untuk perhitungan arah Kiblat adalah :
                1. Lintang dan Bujur Ka’bah
                2. Lintang dan Bujur Tempat yang mau diukur arah Kiblatnya
                3. Selisih Bujur Ka’bah dan Bujur Tempat yang mau diukur arah Kiblatnya (C)
                Adapun rumus Arah Kiblat sebagai berikut:
                tan Q = cos Lt x tan 21° 25' 15.4” : sin C – Sin Lt : tan C
               
                Untuk lebih jelasnya berikut ini adalah cara operasional rumus tersebut:
               
                1. Ka’bah  ==>  Lintang      =      21° 25' 15.4”  LU
                                   ==>   Bujur         =     39° 49' 40”  BT
                2. Pasirasem    ==>     Lintang (Lt)      =    6° 48' 4.08” 
                                             ==>   Bujur (B)          =    107° 15' 55.79” 
                3. Selisih Bujur (C) ==>  C = Bujur Tempat – Bujur Ka’bah
                       C = 107° 15' 55.79”  -  39° 49' 40”  = 67° 26' 15.8”
               
                4. Arah Ka’bah ==>tan Q = cos Lt x tan 21° 25' 15.4” : sin C – Sin Lt : tan C
           tan Q = cos -6° 48' 4.08”  x tan 21° 25’15.4” : sin 67° 26' 15.8”  - Sin -6° 48' 4.08”  : Tan 67° 26' 15.8”
                = 25° 13' 21.5”  (B – U) diukur dari arah Barat ke Utara  atau
         90° -  25° 13' 21.5”  = 64° 46' 38.5”   (U – B) diukur dari arah Utara ke Barat
               
                Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa arah Kiblat untuk
 Kota Pasirasem adalah 25° 13' 21.5”  diukur dari titik Barat ke Utara
                      atau 64° 46' 38.5”  diukur dari arah Utara ke Barat


CARA PENGUKURAN ARAH KIBLAT TANPA THEODOLIT

A. PERALATAN YANG DIPERLUKAN
1.        Sebatang kayu atau besi
2.        Sebuah segitiga siku-siku yang besar.
3.        Sebuah meteran gulung
4.        Segulung benang besar atau tali plastik kecil

B. MEMPERSIAPKAN BAHAN-BAHAN PERHTUNGAN

        1.        Menghitung Sudut Arah Kiblat
        Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa arah Kiblat untuk
         Kota Pasirasem adalah 25° 13' 21.5”  diukur dari titik Barat ke Utara
        atau 64° 46' 38.5”  diukur dari arah Utara ke Barat

        2.        Menghitung Azimuth Matahari

        a.       Data yang diperlukan untuk mencari sudut waktu adalah :

        1.    Waktu pengukuran (W), misalnya W = jam 09.00 WIB
        2.    Equation of Time ( e ), misalnya ingin melakukan pengukuran
        pada tangal 13  -  Desember  -  2012 dilihat dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat (file Ephemeris4.4)
tahun 2012 tanggal 13 Desember 2012  jam 12:00 WIB (jam 05 GMT) e =  0j  5m  48.4d

3.    Deklinasimatahari (Dek), dilihat dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat (Ephemeris4.4)
tahun 2012 tanggal 13 Desember 2012 jam 09:00 WIB (jam 02 GMT) dek = -23° 9' 45.7”

        b.      Mencari sudut waktu matahari (t).
                Hitung Sudut waktu matahari dengan rumus :
                 (W – (12 – e)) x 15 + BT – BD .
           (9 – (12 –   0j  5m  48.4d) ) x 15 +  107° 15' 55.79”  – 105° = -41° 16' 58.2”

        c.       Hitung Azimuth Matahari pada jam pengukuran dengan rumus :
                 Tan Am= [Sin t ÷ (Cos Lt x Tan Dek – Sin LT x Cos t)][1].
               Tan Am = Sin -41° 16' 58.2”  ÷ (Cos -6° 48' 4.08”  x Tan -23° 9' 45.7”
                  – Sin -6° 48' 4.08”  x Cos -41° 16' 58.2” ) =   40° 0' 30.5”

        Jadi azimuth matahari untuk Pasirasem jam 09:00 adalah 40° 0' 30.5”  (diambil nilai positif)
       
 [1] Tanda [ ] menunjukkan bahwa hasil perhitungan diambil angka mutlaknya (positif)

C. MENGUKUR ARAH KIBLAT

        1.        Mencari Titik Utara
        Untuk menentukan arah (Utara, Timur, Selatan dan Barat) adalah sebagai berikiut :
        a.       Tegakkan sebuah tiang / tongkat sepanjang ± 1 meter di suatu lapangan yang tidak terhalang dari sinar matahari. Pastikan tiang tersebut betul-betul tegak lurus (gantungkan benang yang diberi pemberat).
        b.      Tunggu tepat jam 09:00 WIB, dan ukur panjang bayang-bayang tongkat. Misalkan 25 cm. lalu  buat garis sepanjang bayang-bayang tersebut.
        c.       Buat garis (T-U) tegak lurus dengan dengan garis bayang-bayang tersebut di tempat kedudukan tongkat ke arah utara. (Karena pungkuran jam 9 pagi berarti matahari sebelah timur).
        d.      Ubah Azimuth Matahari dari derajat menjadi centimeter dengan rumus :
        TU = Tan Am x Panjang bayang-bayang
        = Tan 40° 0' 30.5”  x 25 cm
              = 20.98 cm
        e.       Ukur garis TU. sepanjang 20.98 cm
       
        f.  Hubungkan titik P dan titik U; dan inilah arah Utara –Selatan
        
        Perhatikan gambar berikut ini :
        bayang-bayang =  25 cm
       
        (lihat gambar)

g.       Ukur panjang garis P-U atau hitung dengan rumus Phytagoras didapat 32.64 cm
                 rumus Phytagoras ===> c =  Ѵ͞a2 + b2

2.        Mencari Arah Kiblat

a.       Buat garis (U - B) tegak lurus dengan dengan garis P-U ditempat kedudukan titik U ke arah Barat. (Karena pungkuran jam 9 pagi berarti matahari sebelah timur).
b.      Ubah Sudut Arah Kiblat dari drajat menjadi centimeter dengan rumus :
        = Tan Q x Panjang garis P-U
        = Tan 64° 46' 38.5”  x 32.64 cm
        = 69.29 cm
       
        c.       Ukur garis U – B. sepanjang 69.29 cm
        d.      Hubungkan titik P dan titik B; dan inilah arah Kiblat yang dicari
       
        Perhatikan gambar berikut ini :



............................................................By Burhan Rosyidi