بسم الله الرحمن الرحيم
PENDAHULUAN
Pengertian
Ilmu Falak
Menurut bahasa atau etimologi, falak (الفلك)
artinya orbit atau lintasan benda-benda langit, sehingga ilmu falak dalam terminologi
adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit –khususnya
bumi, bulan dan matahari– pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk
diketahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui
waktu-waktu di permukaan bumi.
Ilmu ini disebut dengan ilmu falak, karena ilmu
ini mempelajari lintasan benda-benda langit (الفلك). Ilmu ini disebut juga dengan ilmu hisab,
karena ilmu ini menggunakan perhitungan (الحساب = perhitungan). Ilmu ini disebut juga ilmu
rashd, karena ilmu ini memerlukan pengamatan (الرصد = pengamatan). Ilmu ini sering juga
disebut ilmu miqat, karena ilmu ini mempelajari tentang batas-batas waktu (الميقات =
batas-batas waktu). Dari keempat istilah di atas, yang populer di masyarakat
adalah ilmu falak dan ilmu hisab.
Beberapa ilmu yang mempunyai obyek yang sama
dengan ilmu falak antara lain:
1.
Astronomi adalah
ilmu yang mempelajari benda-benda langit secara umum.
2.
Astrologi adalah
ilmu yang mempelajari benda-benda langit dengan tujuan untuk mengetahui
pengaruh benda-benda langit itu terhadap kehidupan (nasib) seseorang di bumi.
Astrologi ini yang dikenal dengan ilmu nujum.
3.
Astrofisik adalah
ilmu yang menerangan benda-benda langit dengan cara-cara, hukum-hukum,
alat-alat dan teori-teori ilmu fisika.
4.
Astromatrik adalah
ilmu yang mempelajari pengukuran terhadap benda-benda langit dengan tujuan
antara lain untuk mengetahui ukurannya dan jarak antara satu benda langit
dengan benda langit lainnya.
5.
Astromekanik adalah
ilmu yang mempelajari gerak dan daya tarik benda-benda langit, dengan
cara-cara, hukum-hukum dan teori-teori mekanika.
6.
Kosmografi adalah
ilmu yang mempelajari benda-benda langit dengan tujuan untuk mengetahui data
dari seluruh benda-benda langit.
7.
Kosmogoni adalah
ilmu yang mempelajari benda-benda langit dengan tujuan untuk mengetahui latar
belakang kejadiannya dan perkembangan selanjutnya.
8.
Kosmologi adalah
ilmu yang mempelajari bentuk, tata himpunan, sifat-sifat dan perluasan dari
jagat raya. Prinsip kosmologi mengatakan bahwa jagat raya adalah sama ditinjau
pada waktu kapanpun dan di tempat manapun.
Ruang Lingkup
Ilmu Falak pada garis besarnya dibagi menjadi
dua macam, yaitu ilmu Falak Ilmiy, dan ilmu Falak Amaliy.Ilmu
falak ‘ilmiy adalah ilmu yang membahas teori dan konsep benda-benda langit,
misalnya dari segi asal mula kejadiannya (kosmogoni), bentuk dan tata
himpunannya (kosmologi), jumlah anggotanya (kosmografi), ukuran dan jaraknya
(astrometrik), gerak dan gaya tariknya (astromekanik) dan kandungan
unsur-unsurnya (astrofisik). Ilmu falak yang demikian ini disebut theorical
astronomy.
Sedangkan ilmu falak ‘amaliy adalah ilmu
yang melakukan perhitungan untuk mengetahui posisi dan kedudukan benda-benda
langit antara satu dengan yang lainnya.Ilmu falak ‘amaliy ini disebut practical
astronomy.Ilmu falak amalay inilah yang oleh masyarakat umum dikenal dengan
ilmu falak atau ilmu hisab.
Bahasan
Ilmu Falak yang dipelajari dalam Islam adalah
yang ada kaitannya dengan pelaksanaan ibadah, sehingga pada umumnya ilmu Falak
ini mempelajari 4 bidang, yakni:
Manfaat
Ilmu Falak
Dengan ilmu falak atau ilmu hisab, orang dapat
memastikan ke mana arah kiblat bagi suatu tempat di permukaan bumi.Dengannya
pula orang dapat memastikan waktu shalat sudah tiba atau matahari sudah
terbenam untuk berbuka puasa.
Dengannya pula orang yang melakukan rukyatul
hilal dapat mengarahkan pandangannya ke posisi hilal.
Dengan demikian ilmu falak atau ilmu hisab
dapat menumbuhkan keyakinan seseorng dalam melakukan ibadah sehingga ibadahnya
lebih khusyu’.
Nabi pernah bersabda:
إن خيار
عباد الله الذين يراعون الشمس والقمر لذكر الله.
“Sesunggunya
sebaik-baik hamba-hamba Allah adalah mereka yang selalu memperhatikan matahari
dan bulan untuk megingat Allah”. (HR. Ath-Thabrani)
Ali bin Abi Thalib juga pernah berkata:
من اقتبس
علما من النجوم من حملة القرأن إزداد به إيمانا ويقينا.
“Barang
siapa mempelajari ilmu tentang bintang-bintang atau benda-benda langit,
sedangkan dia dari oranguyang sudah memahani al-Qur’an, niscaya bertambahlah
ilmu dan keyakinannya”.
Hukum
Mempelajari Ilmu Falak
Mengingat betapa besar manfaat ilmu falak
seperti diterangkan di atas, lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pelaksanaan ibadah,
maka mempelajari ilmu falak atau ilmu hisab itu hukumnya wajib. Abdullah bin
Husain berkata:
ويجب
تعلم علم الفلك بل تحتم معرفته لما يترتب عليه معرفة القبلة وما يتعلق بالاهلة
كالصوم سيما فى هذا الزمان لجهل الحكام وتساهلهم وتهورهم فإنهم يقبلون شهادة من لا
يقبل بحال.
“Mempelajari
ilmu falak itu wajib, bahkan diperintahkan untuk mempelajarinya, karena ilmu
falak itu mencakup pengetahuan tentang kiblat dan hal-hal yang berhubungan
dengan penanggalan misalnya puasa.Lebih-lebih pada masa sekarang ini, karena
ketidaktahuannya para hakim (dalam ilmu falak), punya sikap mempermudah serta
kecerobohan mereka, sehingga mereka menerima kesaksian (hilal) seorang yang
mustinya tidak diterima”.
Para ulama, misalnya Ibnu Hajar dan ar-Ramli
berkata bahwa bagi orang yang hidup dalam kesendirian, maka mempelajari ilmu
falak itu fardhu ‘ain.Sedangkan bagi masyarakat banyak hukumnya fardhu kifayah.
Istilah – istilah yang digunakan
1.
Lintang tempat (Lt) (Ardlul Balad) yaitu Jarak suatu
tempat dari garis equator (khatulistiwa) dihitung sepanjang garis utara
selatan. Untuk daerah disebelah utara garis khatulistiwa bernilai positif dan
disebelah selatan garis khatulistiwa bernilai negatif.
2.
Bujur tempat (Bt) (Thulul Balad) yaitu jarak suatu
tempat dari garis 0o yang memanjang dari kutub utara ke kutub
selatan melintasi kota Greenwich. Daerah sebelah timur kota Greenwich bernilai
positif dan daerah sebelah baratnya bernilai negatif.
3.
Kerendahan Ufuk (ku) yaitu perbedaan antara ufuk
yang sebenarnya (ufuk hakiki) dan ufuk mar’i. Ufuk hakiki adalah ufuk yang
terlihat dari permukaan laut, sedangkan ufuk mar’i adalah ufuk terlihat dari
ketinggian tertentu dari permukaan. Letak ufuk mar’i di bawah ufuk hakiki.
4.
Refraksi (ref) yaitu pembiasaan atau pembelokan
cahaya matahari karena matahari tidak dalam posisi tegak, reflaksi tertinggi
adalah ketika matahari terbenam.
5.
Semidiameter matahari (sd) yaitu jarak titik pusat
matahari sampai ke piringan luarnya. Semidiameter Matahari besar kecilnya tidak
menentu tergantung jauh dekatnya Bumi Matahari.
6.
Sudut waktu (t) adalah busur sepanjang lingkaran
harian suatu benda langit dihitung dari titik kulminasi atas sampai benda
langit tersebut.
7.
Ephemeris Hisab dan Rukyat adalah buku yang berisi data bulan dan
matahari yang dipersiapkan khusus untuk kepentingan Hisab dan Rukyat. Buku ini
diterbitkan setiap tahun, sejak 1993 oleh Direktorat Pembinaan Peradilan Agama
Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama RI.
Data dalam buku ini, diprogram secara komputer dan diberi nama Hisab for
Windows 1.0 Tahun 1993 dan Winhisab Version 2.0 tahun 1998.
8.
Ecliptic
longitude atau bujur astronomis matahari/bulan atau taqwim al- syam/al-qamar
atau thul al-syams/al-qamar, yaitu jarak titik pusat matahari dari titik Aries
(vernal equinox = Haml), diukur sepanjang lingkaran ekliptika (dairat
al-buruj).
9.
Ecliptic latitude atau lintang astronomis matahari/bulan atau ‘ardh al-
syams/al-qamar yaitu jarak titik pusat matahari dari lingkaran ekliptika
(da’irat al-buruj). Sebenarnya lingkaran ekliptika itu adalah lingkaran yang
dilalui oleh matahari dalam gerak semu tahunannya. Jadi matahari sebenarnya
selalu berada pada lingkaran ekliptika itu, tetapi karena jalannya matahari itu
tidak rata maka selalu ada pergeseran ke utara atau ke selatan. Oleh karena itu
besarannya selalu mendekati nol.
10.
Apparent right ascension atau asensio rekta matahari/bulan atau
panjatan tegak atau al-shu’ud al-mustaqim atau al-mathali’ al-baladiyah, yaitu
jarak antara suatu benda langit dari titik aries, diukur sepanjang lingkaran
equator (da’irat muaddal al-nahar).
11.
Apparent declination atau deklinasi matahari/bulan atau mail
al-syam/al-qamar yaitu jarak antara matahari/bulan dari equator diukur
sepanjang lingkaran deklinasi. Lingkaran deklinasi adalah lingkaran besar yang
mengelilingi bola langit dan melalui titik-titik kutub langit ( KU-KS ).Untuk posisi disebelah utara garis khatulistiwa
bernilai positif dan disebelah selatan garis khatulistiwa bernilai negatif.
12.
Semi diameter atau jari-jari matahari/bulan, yaitu jarak antara titik
pusat matahari/bulan dengan piringan luarnya.
13.
True geocentric distance atau jarak geosentris, yaitu jarak rata-rata
antara bumi dan matahari. Karena bumi mengelilingi matahari dalam bentuk
ellips, maka jarak bumi-matahari tidak selalu sama. Jarak terdekat disebut
perigee atau al-hadhidh sedangkan jarak terjauhnya disebut apoge atau al-auj.
14.
True obliquity atau kemiringan ekliptika atau mail kully hakiki, yaitu
besarnya sudut kemiringan antara equator (mu’addal al-nahar) dan ekliptika
(da’irat al-buruj).
15.
Equation of time atau perata waktu atau ta’dil al-syams yaituperbedaan
antara waktu matahari hakiki dan waktu matahari pertengahan karena perbedaan
kecepatan perputaran bumi pada porosnya. Waktu matahari hakiki adalah waktu
yang didasarkan pada peredaran matahari hakiki (sebenarnya) yaitu pada waktu
matahari mencapai titik kulminasi atas ditetapkan pukul 12.00. Dan waktu
matahari pertengahan adalah waktu yang beradasarkan peredaran khayal yang
seakan-akan perjalanannya stabil, artinya tidak pernah terlalu cepat dan tidak
pernah terlambat. Perubahan-perubahan kecepatan
inilah yang disebut perata waktu.
16.
Horizontal paralax atau beda lihat atau ikhtilaf al-manzhar, yaitu
sudut antara garis yang ditarik dari titik pusat bulan ke titik pusat bumi
dengan garis dari titik pusat bulan ke mata pengamat. Dengan kata lain parralax
adalah sudut yang memisahkan titik pusat bumi dengan mata pengamat.
17. Angle bright limb atau sudut
kemiringan hilal yaitu sudut kemiringan yang tampak, akibat kemiringan terhadap
matahari.
18. Fraction illumination yaitu
besarnya piringan hilal yang menerima sinar matahari dan menghadap ke bumi.
19. Konjungsi atau berkumpul atau
Ijtima’ adala suatu fenomena saat posisi matahari dan bulan berada pada satu
bujur astronomi. Ijtima’ disebut juga new moon.
20. Oposisi atau berhadapan atau
istiqbal adalah suatu fenomena saat matahari dan bulan berhadap-hadapan,
sehingga antara keduanya mempunyai selisih bujur astronomi sebesar 180o.
21.
Umbra (Bayangan inti) adalah bayangan yang sama sekali tidak dilalui
cahaya.
22.
Penumbra (bayangan tambahan) adalah bayangan yang masih dilalui cahaya.
Sehingga masih terdapat cahaya dengan remang-remang.
HISAB PRAKTIS AWAL WAKTU SHALAT
HISAB PRAKTIS AWAL WAKTU SHALAT
|
||||||||||||||||||||||||
DATA YANG
DIPERLUKAN :
|
||||||||||||||||||||||||
1.
Lintang kota(Lt) (Ardlul Balad).Untuk contoh kita gunakan lintang Pasirasem
|
||||||||||||||||||||||||
yaitu -6° 48' 4.08” Lintang Selatan
|
||||||||||||||||||||||||
2.
Bujur kota(Bt) (Thulul Balad).Untuk contoh kita gunakan
|
||||||||||||||||||||||||
bujur Pasirasem yaitu 107° 15' 55.79” Bujur Timur
|
||||||||||||||||||||||||
3.
Deklinasi Matahari[1](Dek). Lihat tabel deklinasi.Untuk contoh kita gunakan
|
||||||||||||||||||||||||
deklinasi Matahari tanggal 13
- Desember -
2012 yaitu -23° 8' 15.571" selatan
|
||||||||||||||||||||||||
4.
Equation of Time (perata waktu) (e). Lihat tabel perata waktu.
|
||||||||||||||||||||||||
Untuk contoh kita gunakan perata
waktu tanggal 13 -
Desember - 2012 yaitu
00° 6' 2.557"
|
||||||||||||||||||||||||
[1] Untuk lebih teliti dan akurat
hendaknya menggunakan deklinasi dan equation
|
||||||||||||||||||||||||
of time pada jam yang semestinya,
contoh: Dhuhur kurang lebih pukul 12 WIB (05 GMT)
|
||||||||||||||||||||||||
, Ashar kurang lebih pukul 15 WIB
(08 GMT), Maghrib kurang lebih pukul 18 WIB (11 GMT),
|
||||||||||||||||||||||||
Isya' kurang lebih pukul 19 WIB (12
GMT), dan Shubuh kurang lebih pukul 04 WIB (21 GMT).
|
||||||||||||||||||||||||
Akan tetapi untuk mempermudah dan
mempercepat perhitungan dapat menggunakan
|
||||||||||||||||||||||||
deklinasi matahari dan equation of
time pada pukul 12 WIB (05 GMT) atau
|
||||||||||||||||||||||||
pukul 12 WITA (04 GMT) atau pukul
12 WIT (03 GMT)
|
||||||||||||||||||||||||
5. Kerendahan
Ufuk (KU. rumus mencari kerendahan ufuk adalah :
|
||||||||||||||||||||||||
KU = 00 1, 76’ x√ TT (tinggi
tempat).
|
||||||||||||||||||||||||
Contoh perhitungan:Diketahui Tinggi
Tempat (TT) ==> Pasirasem : 150
meter
|
||||||||||||||||||||||||
Rumus :KU = 00 1. 76’ x√ TT
|
||||||||||||||||||||||||
KU = 00 1. 76’ x √150
|
||||||||||||||||||||||||
= 0° 21‘ 33.316”
|
||||||||||||||||||||||||
6. Refraksi
(ref) tertinggi adalah 0° 34’.
|
||||||||||||||||||||||||
7. Semidiameter matahari (SD) rata-rata
adalah 0° 16’.
|
||||||||||||||||||||||||
8. ikhtiat (i) = 0° 4' 0”
|
||||||||||||||||||||||||
MENGHITUNG WAKTU
SHALAT
|
||||||||||||||||||||||||
1.
Mencari Tinggi Matahari (ho), Tinggi matahari dicari dengan rumus
|
||||||||||||||||||||||||
a. Ashar
|
||||||||||||||||||||||||
1.
Mencari zenit matahari rumus : zm[2] = LT – Dek
|
||||||||||||||||||||||||
zm = -23°
10' 43.591" – -6° 48' 4.08”
|
||||||||||||||||||||||||
= 16° 22' 39.511"
|
||||||||||||||||||||||||
2.
Mencari tinggi Matahari rumus : Cotan ho = tan zm + 1
|
||||||||||||||||||||||||
Cotan[3] ho = tan 16° 22'
39.511" + 1
|
||||||||||||||||||||||||
= 37° 41' 56.7”
|
||||||||||||||||||||||||
[2]catatan zm harus selalu positif,
kalau negatif harus dirubah menjadi positif.
|
||||||||||||||||||||||||
[3] Untuk menekan kalkulator bila
ada rumus di depan sama dengan seperti
|
||||||||||||||||||||||||
cotan ho =, cos t =, tan Q =,
dan lain-lain, maka lebih dulu kita harus
|
||||||||||||||||||||||||
menekan shift lalu rumus yang
ada setelah itu tekan rumus setelah sama
|
||||||||||||||||||||||||
dengan dan diletakkan dalam
kurung. Misalnya cotan ho = tan zm + 1
|
||||||||||||||||||||||||
cara menekan kalkulatornya
adalah shifttan(tanzm+1)x-1, kalau dalam excell,
|
||||||||||||||||||||||||
maka fungsinya menjadi
=DEGREES(ATAN(1/(TAN(RADIANS(zm))+1)))
|
||||||||||||||||||||||||
a. Maghrib
|
||||||||||||||||||||||||
ho = - ( ref + sd + KU ).
|
||||||||||||||||||||||||
ho = - ( 0° 34’+ 00 16’+ 0° 21'
33.316”)
|
||||||||||||||||||||||||
= - 1° 11' 33.3”
|
||||||||||||||||||||||||
b. Isya’
|
||||||||||||||||||||||||
ho = -17
|
||||||||||||||||||||||||
= - 17° 0' 0”
|
||||||||||||||||||||||||
c. Shubuh
|
||||||||||||||||||||||||
ho = - 19
|
||||||||||||||||||||||||
= - 19° 0' 0”
|
||||||||||||||||||||||||
d. Terbit
|
||||||||||||||||||||||||
ho = - ( ref + sd + ku ).
|
||||||||||||||||||||||||
ho = - ( 0° 34’+ 0° 16’+ 0° 21'
33.316”)
|
||||||||||||||||||||||||
= - 1° 11' 33.316”
|
||||||||||||||||||||||||
e. Dluha
|
||||||||||||||||||||||||
ho = 04° 30'
|
||||||||||||||||||||||||
1. Mencari
waktu shalat dalam istiwak dengan rumus
|
||||||||||||||||||||||||
a.
Dhuhur = jam 12 + I = 12j 4m
0d
|
||||||||||||||||||||||||
b.
Ashar, Maghrib, Isya’ =sudut waktu (t) dibagi 15°.Rumus menghitung sudut
waktu
|
||||||||||||||||||||||||
adalah : Cos t = sin ho ÷ cos Lt ÷ cos Dek – tan Lt
x tan Dek
|
||||||||||||||||||||||||
1.
Ashar = ( cos-1 (sin 37° 41' 56.7” &
÷ cos -6° 48' 4.08” ÷ cos -23°
10' 43.6”
|
||||||||||||||||||||||||
– tan -6° 48' 4.08” x
tan -23° 10' 43.6” ) ÷ 15° ) + 0° 4' = 3j 31m
4.1d
|
||||||||||||||||||||||||
2. Maghrib =
cos-1 (sin -1° 11' 33.3” & ÷ cos
-6° 48' 4.08” ÷ cos -23° 11' 11.9”
|
||||||||||||||||||||||||
– tan -6° 48' 4.08” x
tan -23° 11' 11.9” ) ÷ 15° =
6j 16m
56.9d
|
||||||||||||||||||||||||
3. Isya
= cos-1 (sin -17° 0' 0” & ÷
cos -6° 48' 4.08” ÷ cos -23° 11' 21.2”
|
||||||||||||||||||||||||
– tan -6° 48' 4.08” x
tan -23° 11' 21.2” ) ÷ 15°) +
0° 4 = 7j 31m 12.7d
|
||||||||||||||||||||||||
c.
Shubuh, Terbit, Dluha = jam 12 dikurangi hasil dari sudut waktu (t) dibagi
15°
|
||||||||||||||||||||||||
1. Shubuh
=12 - ( cos-1 (sin -19° 0' 0” &
÷ cos -6° 48' 4.08” ÷ cos -23°
8' 56.1”
|
||||||||||||||||||||||||
– tan -6° 48' 4.08” x
tan -23° 8' 56.1” ) ÷ 15° ) +
0° 4 = 4j 27m 47.4d
|
||||||||||||||||||||||||
2. Terbit =12 - ( cos-1 (sin -1° 11' 33.316”
& ÷ cos -6° 48' 4.08” ÷ cos -23° 9' 16.1”
|
||||||||||||||||||||||||
– tan -6° 48' 4.08” x
tan -23° 9' 16.1” ) ÷ 15° ) + 0 4 = 5j
47m 4.2d
|
||||||||||||||||||||||||
3. Dhuha
=12 - ( cos-1 (sin 4° 30' 0” &
÷ cos -6° 48' 4.08” ÷ cos -23°
9' 16.1”
|
||||||||||||||||||||||||
– tan -6° 48' 4.08” x
tan -23° 9' 16.1” ) ÷ 15° ) + 0° 4 = 6j 12m
0.5d
|
||||||||||||||||||||||||
1. Mencari
tafawut antara waktu istiwa’ dengan waktu daerah menggunakan rumus :
|
||||||||||||||||||||||||
((BT – BD) ÷
15) + e.
|
||||||||||||||||||||||||
Conto tafawut untuk
Dhuhur : ((107° 15' 55.79” –
105°) ÷ 15) + 0j 5m 48.4d = 0° 14' 52.1” ,
|
||||||||||||||||||||||||
nilai tafawut
dhuhur ini biasa untuk dijadikankan Mer Pass = 12 - 0° 14' 52.1” = 11° 45' 7.9”
|
||||||||||||||||||||||||
eqoution of
time tafawut
|
||||||||||||||||||||||||
Dhuhur 0j 5m 48.4d 0° 14' 52.1”
|
||||||||||||||||||||||||
Ashar 0j 5m 44.8d 0° 14' 48.6”
|
||||||||||||||||||||||||
Maghrib 0j 5m 41.3d 0° 14' 45”
|
||||||||||||||||||||||||
Isya’ 0j 5m 40.1d 0° 14' 43.8”
|
||||||||||||||||||||||||
Shubuh 0j 5m 57.8d 0° 15' 1.6”
|
||||||||||||||||||||||||
Terbit 0j 5m 55.5d 0° 14' 59.2”
|
||||||||||||||||||||||||
Dluha 0j 5m 55.5d 0° 14' 59.2”
|
||||||||||||||||||||||||
2. Kemudian kita mencari
waktu shalat dalam jam WIB dengan cara
|
||||||||||||||||||||||||
waktu shalat dalam jam
istiwa’ di atas kita kurangi dengan tafawut.
|
||||||||||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||||||||
Hasil di atas menggunakan standar kota
yang kita gunakan data lintang dan
|
||||||||||||||||||||||||
bujurnya. Agar jadwal shalat yang kita
buat dapat berlaku dalam kota yang terletak
|
||||||||||||||||||||||||
di sebelah barat kota tersebut, maka
hasil diatas harus ditambah ihtiyat 1 menit
|
||||||||||||||||||||||||
untuk mencakup daerah sejauh + 27,5 km
kecuali terbit, maka dikurangi.
|
||||||||||||||||||||||||
Biasanya ihtiyath menggunakan 1 menit
lebih sekian detik untuk
|
||||||||||||||||||||||||
membulatkan pecahan detik waktu shalat
agar menjadi menit.
|
||||||||||||||||||||||||
Adapun waktu imsak maka dihitung
dengan rumus : shubuh – 10 menit.
|
||||||||||||||||||||||||
4j 8m
45.8d – 00j 10m = 3j 58m 45.8d
|
||||||||||||||||||||||||
Dan waktu dhohwah kubro maka
dihitung dengan rumus :
|
||||||||||||||||||||||||
Subuh +
(((maghrib + 12) – shubuh) ÷ 2) .
|
||||||||||||||||||||||||
04j
16m 24.33d + ( ( 6j 2m
11.9d + 12 ) – 04j 16m 24.33d ) ÷ 2 = 11j 5m
28.9d
|
||||||||||||||||||||||||
Waktu shalat tanggal 13 -
Desember - 2012
di Pasirasem
|
Waktu WIB
|
Ihtiyath
|
Hasil
|
|
Dhuhur
|
= 11j 45m
7.9d
|
+ 0j 3m 52.1d
|
= 11j 49m
0d
|
Ashar
|
= 3j 12m
15.5d
|
+ 0j 3m 44.5d
|
= 3j 16m
0d
|
Maghrib
|
= 6j 2m
11.9d
|
+ 0j 0m 48.1d
|
= 6j 3m
0d
|
Isya’
|
= 7j 12m
28.8d
|
+ 0j 3m 31.2d
|
= 7j 16m
0d
|
Imsak
|
= 3j 58m
45.8d
|
+ 0j 3m 14.2d
|
= 4j 2m
0d
|
Shubuh
|
= 4j 8m 45.8d
|
+ 0j 3m 14.2d
|
= 4j 12m
0d
|
Terbit
|
= 5j 28m
5d
|
+ 0j 3m 55d
|
= 5j 32m
0d
|
Dluha
|
= 5j 53m
1.3d
|
+ 0j 3m 58.7d
|
= 5j 57m
0d
|
Dlohwah kubro
|
= 11j 5m
28.9d
|
+ 0j 3m 31.1d
|
= 11j 9m
0d
|
RUMUS DAN CARA PENGUKURAN ARAH KIBLAT
Setiap titik (tempat) di permukaan bumi ini berada di permukaan bola
Bumi, oleh karena itu perhitungan arah Kiblat dilakukan dengan Ilmu Ukur
Segitiga Bola (Spherical Trigonometri). Agar supaya hasil perhitungan bisa seakurat dan seteliti mungkin,
maka diperlukan alat bantu mesin hitung atau kalkulator.
|
Data yang dibutuhkan untuk
perhitungan arah Kiblat adalah :
|
1. Lintang dan Bujur Ka’bah
|
2. Lintang dan Bujur Tempat yang mau
diukur arah Kiblatnya
|
3. Selisih Bujur Ka’bah dan
Bujur Tempat yang mau diukur arah Kiblatnya (C)
|
Adapun rumus Arah Kiblat
sebagai berikut:
|
tan Q = cos Lt x tan 21° 25'
15.4” : sin C – Sin Lt : tan C
|
Untuk lebih jelasnya berikut
ini adalah cara operasional rumus tersebut:
|
1. Ka’bah ==>
Lintang = 21° 25' 15.4” LU
|
==> Bujur =
39° 49' 40” BT
|
2. Pasirasem ==>
Lintang (Lt) = 6° 48' 4.08”
|
==> Bujur (B) =
107° 15' 55.79”
|
3. Selisih Bujur (C)
==> C = Bujur Tempat – Bujur Ka’bah
|
C = 107° 15'
55.79” - 39° 49' 40”
= 67° 26' 15.8”
|
4. Arah Ka’bah ==>tan Q = cos
Lt x tan 21° 25' 15.4” : sin C – Sin Lt : tan C
|
tan Q = cos -6° 48' 4.08” x tan 21° 25’15.4” : sin 67° 26' 15.8” - Sin -6° 48' 4.08” : Tan 67° 26' 15.8”
|
= 25° 13' 21.5” (B – U) diukur dari arah Barat ke
Utara atau
|
90° - 25° 13' 21.5” = 64° 46' 38.5” (U – B) diukur dari arah Utara ke Barat
|
Dari perhitungan di atas,
dapat diketahui bahwa arah Kiblat untuk
|
Kota Pasirasem adalah 25° 13' 21.5” diukur dari titik Barat ke Utara
|
atau 64° 46' 38.5” diukur dari arah Utara ke Barat
|
CARA
PENGUKURAN ARAH KIBLAT TANPA THEODOLIT
A.
PERALATAN YANG DIPERLUKAN
1.
Sebatang
kayu atau besi
2.
Sebuah
segitiga siku-siku yang besar.
3.
Sebuah meteran
gulung
4.
Segulung
benang besar atau tali plastik kecil
B.
MEMPERSIAPKAN BAHAN-BAHAN PERHTUNGAN
1. Menghitung Sudut Arah
Kiblat
|
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui
bahwa arah Kiblat untuk
|
Kota Pasirasem adalah 25° 13'
21.5” diukur dari titik Barat ke Utara
|
atau 64° 46' 38.5” diukur dari arah Utara ke Barat
|
2. Menghitung Azimuth
Matahari
|
a. Data yang diperlukan untuk
mencari sudut waktu adalah :
|
1. Waktu pengukuran
(W), misalnya W = jam 09.00 WIB
|
2. Equation of Time ( e ),
misalnya ingin melakukan pengukuran
|
pada tangal 13 - Desember -
2012 dilihat dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat (file Ephemeris4.4)
|
tahun 2012 tanggal
13 Desember 2012 jam 12:00 WIB (jam 05
GMT) e = 0j 5m
48.4d
|
3.
Deklinasimatahari (Dek), dilihat dalam buku Ephemeris Hisab Rukyat
(Ephemeris4.4)
|
tahun 2012 tanggal
13 Desember 2012 jam 09:00 WIB (jam 02 GMT) dek = -23° 9' 45.7”
|
b.
Mencari sudut waktu matahari (t).
|
Hitung Sudut waktu matahari dengan
rumus :
|
(W – (12 – e)) x 15 + BT –
BD .
|
(9 – (12 – 0j
5m 48.4d) ) x 15 + 107° 15' 55.79” – 105° = -41° 16' 58.2”
|
c. Hitung Azimuth Matahari pada
jam pengukuran dengan rumus :
|
Tan Am= [Sin t ÷ (Cos Lt x Tan Dek
– Sin LT x Cos t)][1].
|
Tan Am = Sin -41° 16'
58.2” ÷ (Cos -6° 48' 4.08” x Tan -23° 9' 45.7”
|
– Sin -6° 48' 4.08” x Cos -41° 16' 58.2” ) = 40° 0' 30.5”
|
Jadi azimuth matahari untuk Pasirasem
jam 09:00 adalah 40° 0' 30.5” (diambil
nilai positif)
|
[1] Tanda [ ] menunjukkan bahwa hasil
perhitungan diambil angka mutlaknya (positif)
|
C. MENGUKUR
ARAH KIBLAT
1. Mencari Titik Utara
|
Untuk menentukan arah (Utara, Timur,
Selatan dan Barat) adalah sebagai berikiut :
|
a. Tegakkan sebuah tiang / tongkat
sepanjang ± 1 meter di suatu lapangan yang tidak terhalang dari sinar
matahari. Pastikan tiang tersebut betul-betul tegak lurus (gantungkan benang
yang diberi pemberat).
|
b.
Tunggu tepat jam 09:00 WIB, dan ukur panjang bayang-bayang tongkat. Misalkan
25 cm. lalu buat garis sepanjang
bayang-bayang tersebut.
|
c. Buat garis (T-U) tegak lurus
dengan dengan garis bayang-bayang tersebut di tempat kedudukan tongkat ke
arah utara. (Karena pungkuran jam 9 pagi berarti matahari sebelah timur).
|
d. Ubah
Azimuth Matahari dari derajat menjadi centimeter dengan rumus :
|
TU = Tan Am x Panjang bayang-bayang
|
= Tan 40° 0' 30.5” x 25 cm
|
= 20.98 cm
|
e. Ukur garis TU. sepanjang 20.98
cm
|
f.
Hubungkan titik P dan titik U; dan inilah arah Utara –Selatan
|
Perhatikan gambar berikut ini :
|
bayang-bayang = 25 cm
|
(lihat gambar)
|
g.
Ukur panjang garis P-U atau hitung dengan rumus Phytagoras didapat 32.64 cm
|
rumus Phytagoras ===> c
= Ѵ͞a2 + b2
|
2.
Mencari
Arah Kiblat
a.
Buat garis (U - B) tegak lurus dengan dengan garis P-U ditempat kedudukan
titik U ke arah Barat. (Karena pungkuran jam 9 pagi berarti matahari sebelah
timur).
|
b.
Ubah Sudut Arah Kiblat dari drajat menjadi centimeter dengan rumus :
|
= Tan Q x Panjang garis P-U
|
= Tan 64° 46' 38.5” x 32.64 cm
|
= 69.29 cm
|
c. Ukur garis U – B. sepanjang
69.29 cm
|
d.
Hubungkan titik P dan titik B; dan inilah arah Kiblat yang dicari
|
............................................................By Burhan Rosyidi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar