بسم الله الرحمن الرحيم
PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH
Ada beberapa kriteria penentuan awal bulan hijriyah, yaitu rukyatul
hilal, wujudul hilal, rukyat globaldan imkanur rukyah.Keempat kriteria itu
kadang menghasilkan ketetapan awal bulan yang berbeda, meskipun sama-sama
menetapkan ada bulan (hilal) saat matahari terbenam. Bahkan, kriteria yang sama
belum tentu menghasilkan ketetapan yang sama, misal karena perbedaan tempat
acuan (tempat melihat bulan).
Rukyatul
Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) hijriyah dengan
merukyat (mengamati) hilal secara langsung.Apabila hilal (bulan sabit) tidak
terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan
(istikmal) menjadi 30 hari.Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Nahdlatul
Ulama (NU).
Wujudul
Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) hijriyah dengan
menggunakan dua prinsip: Ijtimak (konjungsi) telah terjadi sebelum matahari
terbenam (ijtima’ qablal ghurub), dan bulan terbenam setelah matahari terbenam
(moonset after sunset) maka pada petang hari tersebut dinyatakan sebagai awal
bulan (kalender) hijriyah, tanpa melihat berapapun sudut ketinggian (altitude)
bulan saat matahari terbenam. Kriteria ini di Indonesia digunakan oleh Muhammadiyah.
Rukyat
Global adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) hijriyah yang
menganut prinsip bahwa jika satu penduduk negeri melihat hilal, maka penduduk
seluruh negeri berpuasa (dalam arti luas telah memasuki bulan hijriyah yang
baru) meski yang lain mungkin belum melihatnya.
Imkanur
Rukyah adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) hijriyah dengan
kriteria-kriteria tertentu yang berkaitan dengan bisa tidaknya bulan dilihat
oleh teropong atau mata. Prinsip Imkanur-Rukyat digunakan antara lain olehPersis.
IMKANUR
RUKYAH
1).
Pengertian Imkanur Rukyah
Secara
harfiah, hisab Imkanur Rukyah berarti
“perhitungan kemungkinan hilal terlihat”.Dalam bahasa Inggris biasa
diistilahkan dengan visibilitas hilal.Pada
hisab Imkanur Rukyah, selain
memperhitungkan wujudnya hilal di atas ufuk, pelaku hisab juga memperhitungkan
faktor-faktor lain yang memungkinkan terlihatnya hilal.Yang menentukan
terlihatnya hilal bukan hanya keberadaannya di atas ufuk, melainkan juga
ketinggiannya di atas ufuk dan posisinya yang cukup jauh dari arah
matahari.Faktor ini mememungkinkan praktek pelaksanaan rukyah (actual
sighting) diperhitungkan dan diantisipasi.Rukyah
(observasi) yang dilakukan merupakan rukyah jangka panjang dan diteliti dengan
seksama kemudian disimpulkan kriterianya.
Di dalam
hisab Imkanur Rukyah, selain
kondisi dan posisi hilal, diperhitungkan pula kuat cahayanya (brightness) dan
batas kemampuan mata manusia.Di dalam menyusun hipotesisnya, dipertimbangkan
pula data statistik keberhasilan dan kegagalan rukyah, perhitungan teoritis dan
kesepakatan paling mendekati persyaratan yang dituntut fikih dalam penentuan
waktu ibadah.
Awal
bulan qamariah menurut Imkanur Rukyah dimulai
pada saat terbenam matahari setelah terjadinya ijtimak dan pada saat itu hilal
sudah diperhitungkan untuk dapat dirukyat atau dihitung sesuai dengan penampakan
hilal sebenarnya (actual sighting).Penentuan
kriteria visibilitas hilal untuk dapat dirukyat menjadi acuannya.Para ahli yang
termasuk golongan ini berbeda pendapat tentang berapa ukuran (dalam mengukur)
ketinggian hilal (irtifa’ hilāl) yang
mungkin dapat dilakukan rukyat bi
al-fi’li. Ada yang mengatakan 8°, 7°, 6°, 5° dan lain
sebagainya. Selain ukuran ketinggian hilal sebagai syarat untuk dapat dirukyat,
ada pula yang menentukan unsur lainnya yaitu sudut pandang (angular
distance) antara hilal dan matahari.
Visibilitas
hilal merupakan sebagian permasalahan yang mendapat perhatian serius dari
astronom Muslim abad pertengahan.Hal ini disebabkan kalender yang digunakan
sehari-hari didasarkan pada Bulan dan awal bulan ditandai dengan penampakan
hilal.
2.)
Asal-Usul dan Perkembangan Imkanur
Rukyah
Berdasarkan
lembaran sejarah pemikiran hisab rukyah, ternyata embrio Imkanur
Rukyah sudah lama diperbincangkan di kalangan ulama
fiqh, di antara yang memeloporinya adalah al-Qulyubi, Ibn Qasim al-Ubbadi,
al-Syarwani dan al-Subkhi. Hanya saja kriteria Imkanur
Rukyah-nya belum ada kesepakatan.Sedangkan dalam
kitab-kitab ilmu falak klasik sudah banyak yang dibahas. Berikut ini kriteria
yang disampaikan pengarang kitab-kitab falak klasik yang dinukil berdasarkan
kesepakatan ahli astronomi mutaqaddimin saat
itu :
Nama
Kitab
|
Pengarang
|
Imkanur
Rukyah
|
|
Tinggi
hilal
|
Umur
bulan
|
||
Sullam
al-Nayyirain
|
Muhammad
Manshur Al-Batawi
|
80
atau minimal 60
|
17 jam
20 menit atau minimal 12 jam
|
Fath
al-Rauf al-Mannan
|
Abdul
Jalil bin Abdul Hamid
|
60
atau minimal 30
|
2/5
jari atau min 1/5 jari
|
Al-Khulashah
al- Wafiyyah
|
Zubaer
Muhammad al-Jaelany
|
90
atau 60 atau minimal 20
|
2/5
jari atau min 1/5 jari
|
Ketidaksepakatan
ahli hisab dan ahli rukyah dalampenentuan awal bulan qomariyah terjadi karena
dasar hukum yang dijdikan alasan oleh ahli hisab tidak bisa diterima oleh ahli
rukyah dan dasar hukum yang dikemukakan oleh ahli rukyah dipandang oleh ahli
hisab bukan merupakan satu-satunya dasar hukum yang membolehkan cara dalam
menentukan awal bulan qomariyah.
Jika
pertentangan tersebut tetap dilestarikan maka masing-masing pihak tetap
mempertahankan pendapatnya masing-masing seolah-olah tidak akan ada
habisnya..Oleh karena itulah pemerintah menetapkan metode Imkanur
Rukyah sebagai
dasar dalam penentuan awal bulan qomariyah untuk mencoba menyatukan penentuan
awal bulan qamariyah antara ahli hisab dan ahli rukyah.
Karena
melihat pentingya kriteriaImkanur Rukyah,
Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama merasa perlu memberikan solusi
alternatif dengan menawarkan kriteria yang dapat diterima semua pihak
diantaranya dengan mengadakan Musyawarah Kerja Hisab Rukyah tahun 1997/1998 di
Ciawi Bogor, kemudian ditindak lanjuti dengan musyawarah pada bulan Maret 1998
yang juga diikuti oleh ahli astronomi yang menghasilkan keputusan yang intinya:
“penentuan awal bulan qamariyah didasarkan pada Imkanur
Rukyah dengan kriteria tinggi hilal 2 derajat, umur
bulan 8 jam dari saat ijtima’ saat
matahari terbenam dengan perhitungan system hisab haqiqi
tahqiqi.“
Upaya
pemerintah ini pada dasarnya berpijak pada upaya tercapainya keseragaman,
kemaslahatan, dan persatuan umat Islam Indonesia. Hal ini sebagaimana kaidah
ushul fiqh :
Keputusan
pemerintah itu mengikat untuk dilaksanakan dan menghilangkan perbedaan
pendapat”.
Ketidakpastian
yang terjadi dalam negara Indonesia ini juga memunculkan produk keputusan Fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 2 tahun 2004 tentang Penetapan awal
Ramadhan, syawal, dan Zulhijjah tertanggal 05 Dzulhijjah 1424 H (24 Januari
2004), yang berbunyi:
1.
Penetapan
awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dilakukan berdasarkan metode rukyah dan
hisab oleh pemerintah RI, cq Menteri Agama dan berlaku secara nasional
2.
Seluruh
umat Islam di Indonesia wajib mentaati ketetapan pemerintah RI tentang
Penetapan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah
3.
Dalam
menetapkan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, Menteri Agama wajib
berkonsultasi dengan Majelis Ulama Indonesia, ormas-ormas Islam dan Instansi
terkait
4.
Hasil
rukyat dari daerah yang memungkinkan hilal di rukyat walaupun di luar wilayah
Indonesia yang mathla’nya sama dengan Indonesia
dapat dijadikan pedoman oleh Menteri Agama
Potensi
Perbedaan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijah Jika tetap belum disetujui
kriteria yang sama dari ormas-ormas Islam di Indonesia :
TAHUN
|
DERAJAT
TINGGI HILAL
|
||
Ramadhan
|
Syawal
|
Dzulhijjah
|
|
1430 H
/ 2009
|
-1
|
6
|
6
|
1431 H
/ 2010
|
3
|
-2
|
1,7
(rawan
perbedaan)
|
1432 H
/ 2011
|
7,5
|
2,0
(rawan
perbedaan)
|
7,1
|
1433 H
/ 2012
|
2
(rawan perbedaan)
|
-4,3
|
-2,4
|
1434 H
/ 2013
|
0,7
(rawan
perbedaan)
|
4,2
|
3,6
|
1435 H
/ 2014
|
0,8
(rawan
perbedaan)
|
4,1
|
0,8
(rawan
perbedaan)
|
3).
Kriteria-Kriteria Imkanur Rukyah
1.
MABIMS
(Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura)
A.
Tinggi
hilal minimum 2o
B.
Jarak
dari matahari minimum 3o
C.
Umur
bulan saat maghrib > 8 jam
Problemnya:
Kriteria ini didasarkan pada analisis ilmiah sederhana (data 16 September 1974,
dari 3 lokasi, jumlah saksi 10 orang, tanpa gangguan Venus, tingginya 2,19o,
dan umur hilal 8,08 jam) yang belum memperhitungkan beda azimut bulan –
matahari
2.
Kriteria
IICP (International Islamic Calendar Programme)
A.
Kriteria
posisi bulan dan matahari: ketinggian minimal hilal dapat teramati adalah 4
derajat bila beda azimut bulan – matahari lebih dari 45 derajat, bila beda
azimutnya 0 derajat perlu ketinggian minimal 10,5 derajat.
B.
Kriteria
beda waktu terbenam: minimal bulan 40 menit lebih lambat terbenam daripada
matahari dan memerlukan beda waktu lebih besar untuk daerah di lintang tinggi,
terutama pada musim dingin.
C.
Kriteria
umur bulan (dihitung sejak ijtima’): hilal harus berumur lebih dari 16 jam bagi
pengamat di daerah tropik dan berumur lebih dari 20 jam bagi pengamat di
lintang tinggi.
3.
Kriteria
LAPAN
A.
Umur
hilal minimum 8 jam
B.
Jarak
bulan dari matahari minimum 5,6o
C.
Tinggi
bulan minimum tergantung beda azimut bulan – matahari.
Beda
Azimut
|
Tinggi
minimum (o)
|
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
3,5
4,0
4,5
5,0
5,5
6,0
|
8,3
7,4
6,6
5,8
5,2
4,6
4,0
3,6
3,2
2,9
2,6
2,4
2,3
|
4.
Limit
Danjon.
Hilal
akan tampak apabila jarak sudut bulan dan matahari lebih besar dar 70.
Danjon, mengadakan penelitian terhadap hasil pengamatan bulan sabit muda
yang telah dilakukan selama bertahun-tahun.
5.
Konferensi
Penyatuan Awal Bulan Hijriah International di Istambul pada tahun 1978,
seperti yang dikutip oleh Dizer (1983)
menetapkan kriteria sebagai berikut :
A.
Awal
bulan dimulai jika jarak busur antara bulan dan matahari lebih
besar dari 8 derajat dan
B.
Tinggi
bulan dari ufuk pada saat matahari tenggelam lebih
besar dari 5 derajat.
Bila
mengacu pada kriteria minimum imkanur rukyah (2 derajat) maka tanggal 1
Ramadhan 1433 H. jatuh pada hari Sabtu , 21 Juli 2012 M.
PERHITUNGAN GERHANA BULAN DAN MATAHARI
(SISTEM EPHEMERIS HISAB RUKYAT)
|
Gerhana matahari akan terjadi pada saat ijtima’
dimana matahari dan bulan berada pada titik simpul atau di dekatnya. Sedangkan
gerhana bulan akan terjadi saat istiqbal di mana bulan berda pada titik simpul
atau di dekatnya dan matahari berada pada 180o dari posisi bulan.
Bidang Lintasan bumi dan bidang ekliptika
membentuk sudut 0o karena kedua bidang ini berimpit.Sedang bidang
lintasan bulan membentuk sudut 5o 8’ dengan bidang ekliptika. Oleh
karena itu tidak di setiap ijtima’ akan terjadi gerhana matahari dan tidak
setiap istiqbal akan terjadi gerhana bulan.
Gerhana
Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian
atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan mampu
menutupi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak
384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai
jarak rata-rata 149.680.000 kilometer.
Gerhana matahari ada tiga macam, yaitu gerhana matahari
cincin, total dan sebagian.
1:
Matahari 4:
Gerhana Matahari Total
2: Bumi 5: Gerhana
Matahari Sebagian
3: Bulan
6:
Gerhana Matahari Cincin
GerhanaMatahari
total terjadi saatjarak
bulan dekat dengan bumi pada saat puncak gerhana, sehingga kerucut bayangan umbra bulan menyentuh
permukaan bumi. Pada saat itu piringan Matahari tertutup sepenuhnya oleh piringan
Bulan.Hal ini dikarenakan,
piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari. Ukuran
piringan Matahari dan piringanBulan sendiri berubah-ubah tergantung pada
masing-masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.
Gerhana
sebagian terjadi apabila jarak bulan dekat dengan bumi saat puncak gerhana,
sehingga kerucut bayangan umbra bulan menyentuh permukaan bumi. Tetapi matahari dan bulan tidak segaris sehingga piringan
Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari. Pada
gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari yang tidak tertutup oleh
piringan Bulan.
Gerhana
cincin terjadi apabila jarak bulan jauh dengan bumi saat puncak gerhana,
sehingga kerucut bayangan umbra bulan tidak menyentuh permukaan bumi. piringan
Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian dari piringan Matahari.
Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari piringan
Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari,
tidak seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian
piringan Matahari yang tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekeliling
piringan Bulan dan terlihat seperti cincin yang bercahaya.
Pada dasarnya perhitungan gerhana Matahari adalah
menghitung kapan terjadinya kontak gerhana.Momen
terjadinya gerhana matahari berdasarkan urutan terjadinya kontak adalah:
Kontak I
adalah saat piringan bulan dan piringan matahari mulai bersinggungan.Kontak I
ini menandai dimulainya peristiwa gerhana.
Kontak
II adalah saat pertama seluruh piringan matahari tertutup oleh piringan bulan
(untuk peristiwa gerhana matahari total), atau saat seluruh piringan bulan
seluruhnya berada 'di dalam' piringan matahari (untuk peristiwa gerhana
matahari cincin). Kontak II ini menandai dimulainya fase total (untuk gerhana
matahari total), atau fase cincin (untuk gerhana matahari cincin)
Puncak
gerhana adalah saat jarak antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan
Matahari mencapai minimum.
Kontak
III adalah kebalikan Kontak II.Kontak III ini adalah saat piringan matahari
mulai keluar dari belakang piringan bulan (untuk peristiwa gerhana matahari
total), atau saat piringan bulan mulai meninggalkan piringan matahari (untuk
peristiwa gerhana matahari cincin).Interval antara Kontak II dan kontak III
adalah panjangnya fase gerhana matahari total. Pada gerhana matahari sebagian,
fase Kontak II dan Kontak III ini tidak kita amati.
Kontak
IV adalah saat piringan matahari dan piringan bulan bersinggungan ketika
piringan bulan meninggalkan piringan matahari.Kontak IV ini adalah kebalikan
dari Kontak I, dan menandai berakhirnya peristiwa gerhana secara keseluruhan.Interval
antara Kontak I dan Kontak IV adalah panjangnya peristiwa gerhana matahari.
Berdasarkan
waktu-waktu kontak ini, peristiwa gerhana matahari melalui fase-fase :
·
fase
gerhana sebagian: selang antara kontak I dan kontak II, dan antara kontak III dan
kontak IV
·
fase
gerhana total atau fase gerhana cincin (tergantung gerhana matahari total atau
cincin): selang antara kontak II dan kontak III
Gerhana bulan
terjadi karena sinar matahari yang menuju bulan terhalang bumi. Karena sinar
matahari mengarah ke bumi, di belakang bumi terbentuklah bayangan, yaitu
bayangan gelap total (umbra) dan bayangan redup (penumbra). Sebenarnya, pada
peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat.Ini dikarenakan
masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi.Dan kebanyakan
sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrumcahaya merah. Itulah
sebabnya pada saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa
berwarna merah tembaga, jingga, ataupun coklat.
Ada empat macam
gerhana bulan, yaitu gerhana total, gerhana sebagian dan gerhana penumbra total
dan gerhana penumbra sebagian.
-
Gerhana total
-
Gerhana sebagian
Pada gerhana ini, sebagian permukaan bulan akan
tepat berada pada daerah umbra. Tetapi sebagian permukaan bulan yang lain berada
di daerah penumbra. Sehingga masih ada sebagian sinar Matahari yang
sampai ke permukaan bulan.
-
Gerhana penumbra total
Pada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di
bagian penumbra.Sehingga bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.
-
Gerhana penumbra
sebagian
Pada gerhana ini, sebagian bulan berada di bagian
penumbra dan sebagian permukaan bulan yang lain berada di luar daerah penumbra,
sehingga sebagian bulan bersinar terang.
Pada dasarnya perhitungan gerhana bulan adalah
menghitung kapan terjadinya kontak gerhana.Momen
terjadinya gerhana Bulan diurut berdasarkan urutan terjadinya adalahP1, P2, U1,
U2, Puncak gerhana, U3, U4, P3, dam P4.
P1 : P1
adalah kontak I penumbra, yaitu saat piringan Bulan bersinggungan luar dengan
penumbra Bumi. P1 menandai dimulainya gerhana bulan secara keseluruhan.
P2 :P2 adalah kontak II penumbra, yaitu saat
piringan Bulan bersinggungan dalam dengan penumbra Bumi. Saat P2 terjadi,
seluruh piringan Bulan berada di dalam piringan penumbra Bumi.
U1 :U1 adalah kontak I umbra, yaitu saat
piringan Bulan bersinggungan luar dengan umbra Bumi.
U2 :U2 adalah kontak II umbra, yaitu saat
piringan Bulan bersinggungan dalam dengan umbra Bumi. U2 ini menandai
dimulainya fase total dari gerhana bulan.
Puncak Gerhana : Puncak gerhana adalah saat
jarak pusat piringan Bulan dengan pusat umbra / penumbra mencapai minimum.
U3 : U3 adalah kontak III umbra, yaitu saat
piringan Bulan kembali bersinggungan dalam dengan umbra Bumi, ketika piringan
Bulan tepat mulai akan meninggalkan umbra Bumi. U3 ini menandai berakhirnya
fase total dari gerhana bulan.
U4 : U4 adalah kontak IV umbra, yaitu saat
piringan Bulan kembali bersinggungan luar dengan umbra Bumi.
P3 : P3 adalah kontak III penumbra, yaitu saat
piringan Bulan kembali bersinggungan dalam dengan penumbra Bumi. P3 adalah
kebalikan dari P2.
P4 : P4 adalah kontak IV penumbra, yaitu saat
piringan Bulan kembali bersinggungan luar dengan penumbra Bumi. P4 adalah
kebalikan dari P1, dan menandai berakhirnya peristiwa gerhana bulan secara
keseluruhan.
Berdasarkan
waktu-waktu kontak ini, peristiwa gerhana bulan melalui fase-fase:
·
fase
gerhana penumbral: selang antara P1-U1, dan antara U4-P4
·
fase
gerhana umbral: selang antara U1-U4
·
fase
total: selang antara U2-U3
PERHITUNGAN
GERHANA
Perhitungan
gerhana bulan dan gerhana matahari dengan sistem Ephemeris Hisab Rukyat
ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut:
A. Gerhana
Bulan (contoh perhitungan GBT bulan Jumadil Akhir 1435 H)
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1.
Kemungkinan terjadinya gerhana bulan pada bulan Jumadil Akhir 1435 H
(dihitung berdasarkan tabel kemungkinan terjadinya gerhana). Terlampir
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tahun
1430 = 326° 14' 12”
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Tahun
5 = 40° 14' 0”
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jumadil
Akhir = 168° 41' 22”
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Jumlah
= 535° 9' 34”
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
360° 00’ 00”
–
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
= 175° 9' 34”
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Gerhana bulan
mungkin akan terjadi apabila hasil penjumlahan tersebut:
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
·
antara 000° s/d 014°
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
·
antara 165° s/d 194°
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
·
antara 354° s/d 360°
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hasil atau angka
175° 9' 34” ini berada di antara 165°
s/d 194°, sehingga pada
|
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
pertengahan
bulan Jumadil Akhir 1435 H. ada
kemungkinan terjadi gerhana bulan.
|
TRACKING GERHANA
MATAHARI hari Jum'at Wage Tgl. 9 – 10 Mei 2013
Digarap di Ephemeris5.5.xls oleh Burhan Rosyidi.
http://www.facebook.com/download/519496958086279/Ephemeris5.5.xls
Langkah2 Perhitungan
___________________________________________________________________________________
Adakan perbandingan dengan Ephemeris yang lain :
CIANJUR, 3 Mei 2013 M.
APAKAYANK.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar